12 Agustus, 2010

MAKNA DIKLAT PUASA

Saat ini Indonesia masih memiliki banyak masalah yang komplek, sehingga pembangunan berjalan stagnan. Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya alam melimpah namun "terkutuk" menjadi negara miskin. Mengapa hal ini terjadi ?

Dari berbagai riset ternyata penyebabnya adalah buruknya pengelolaan sumberdaya alam . Negara ini dikelola manusia-manusia yang berkualitas rendah. Salah satu indikasinya adalah buruknya nilai kejujuran, kedisiplinan, etos kerja, serta kualitas pendidikan .

Bebicara Indonesia berarti berbicara umat islam, karena mayoritas penduduknya adalah pemeluk islam. Apakah islam tidak memiliki konsep yang mengajarkan umatnya untuk menjadi insan berkualitas ?
Jawabnya adalah ADA. Banyak sekali konsep islam yang mendorong umatnya untuk menjadi manusia berkualitas tinggi sehingga mampu membangun peradaban yang baik, salah satunya adalah pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) yang namanya telah dipatenkan puasa.

Puasa bagi umat islam merupakan ibadah sekaligus DIKLAT yang dilaksanakan rutin setiap tahun. Jika dilaksanakan dengan baik akan diberikan sertifikat dengan gelar TAKWA. Sebagaimana di tegaskan di dalam al-qur'an surat al-baqaroh :183 sebagai berikut :

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Dalam al-qur'an tersebut jelas sekali bahwa tujuan puasa adalah mendidik manusia untuk meningkatkan kualitas ketakwaannya. Tentu ketakwaan disini tidak bermakna sempit yang hanya berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga hubungan manusia dengan manusia lainnya. Marilah kita teliti lebih dalam aspek pendidikan apa saja yang terkandung dalam ibadah puasa.

1. Kedisiplinan
Ibadah ini sangat menekankan kedisiplinan, puasa harus dilaksanakan tepat waktu. Waktu 1 menit pun diperhitungkan. Jika seseorang sedang berpuasa ternyata ia telah makan sebelum waktu berbuka maka batal puasanya walaupun kurang 1 menit.

2. Kejujuran
Aspek kejujuran juga ditanamkan dalam berpuasa. Pada saat ditempat yang sepi tidak ada orang melihat, disitu tersedia berbagai makanan lezat maka kita yang sedang berpuasa tidak akan mmemakannya walaupun itu makanan halal. Hal itu tidak dilakukan karena merasa di rinya sedang diawasi Allah.

3. Kesabaran
Sifat sabar akan tumbuh selama berpuasa. Seseorang akan menahan dirinya untuk tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, misalnya makan dan minum sebelum waktunya. Tanpa kesabaran yang tinggi pasti puasanya akan batal atau sia-sia (tidak dapat pahala). Sebagai mana pernah disampaikan rasulullah bahwa banyak orang yang menjalankan puasa, namun hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja (tidak berpahala) lantaran tidak bisa meninggalkan larangan-larangan dalam puasa.

4. Sikap peduli
Saat berpuasa seseorang akan merasakan haus dan lapar. Dengan demikian akan muncul rasa empati pada penderitaan orang lain . Artinya akan timbul rasa belas kasihan pada orang miskin dan keinginan memberikan bantuan kepadanya.

Itulah sebagian kecil makna ibadah puasa. Seandainya nilai-nilai puasa itu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari pasti penyakit korup , tidak disiplin, kriminal , dan kemiskinan tidak menjangkiti masyarakat. Tidak perlu lagi adanya pendidikan anti korupsi, budi pekerti, moral dan sejenisnya.

Nampaknya nilai-nilai puasa ini perlu pegang dan ditancapkan kuat-kuat dalam setiap pribadi umat islam, sehingga predikat takwa yang diharapkan benar-benar terwujud. Jika "sertifikat takwa" ini digunakan untuk mengelola negara ini tentu akan melahirkan masyarakat yang BALDATUN THOYIBATUN WA ROBBUN GHOFURUN, masyarakat sejahtera yang penuh dengan rahmat dan ampunan Allah.
Kapan impian ini terwujud ?
Wallahu a'lam.
(karyadi).